Ku Pandang Kene Nasa Delleng, Mak Giak Pandang Kona Kami Nasa Takal Page
"Kupandang Kene Nasa Delleng, Mak Giak Pandang Kona Kami Nasa Takal Page"
Demikianlah, kalimat menohok yang dilontarkan Saibah Lembong kepada saudara Jaminuddin Bobang, selaku minggu lalu. Kalimat yang menduduki trending satu di Pemko Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil hingga saat artikel ini diterbitkan. Pasalnya, masyarakat yang mengatasnamakan 22 desa tersebut merasa terdzalimi oleh orang-orang besar yang ada di Koperasi Produksi dan Perjuangan Bersama yang kemudian di singkat menjadi KPPB itu. Mereka protes terkait adanya dugaan kecurangan dalam pembagian hasil yang dinilai tidak adanya transparansi.
Protes itu kemudian menuai berbagai komentar dari netizen masyarakat Kabupaten Aceh Singkil, dan Pemko Subulussalam. Berbagai spekulatif bermunculan, ada yang sangat mendukung aksi itu, tak jarang pula yang menyayangkannya. Hal ini dapat kita lihat dari dinding media sosial masyarakat setempat yang memenuhi berita dan beranda tentang aksi protes masyarakat yang mengatasnamakan dari 22 desa tersebut.
Singkilisme.com melihat ada yang menarik dari aksi protes terhadap pengurus tinggi KPPB itu, sehingga kami rasa perlu untuk menulisnya disini. Yakni sebuah kalimat yang mengajarkan kita arti daripada menghargai sesama. Baik itu rekan kerja, kerabat, serta tidak kemungkinan juga saling menghargai antar beragama.
Kalimat itu adalah kalimat yang persis seperti kalimat pembuka dalam artikel ini. Yaitu "Ku pandang kene nasa deleng, mak giak pandang kona kami nasa takal page". Yang jika diartikan lebih lanjut ke dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki arti kurang lebih " Aku menghargai kalian seperti besarnya gunung, sekurang-kurangnya hargai jugalah kami meskipun itu sebesar kepala padi". Sebegitu pun, tidak masalah.
Dia adalah Saibah Lembong, seorang perempuan yang meski sudah paruh baya, akan tetapi memiliki mental seperti baja. Keberaniannya dalam menuntut keadilan layak diacungi jempol serta dapat dijadikan contoh yang baik bagi kita semua, yang ketika mendapat sedikit keuntungan lalu nyali ciut seperti seekor siput yang ketakutan hanya karena riak air laut. Kemudian secara tidak sadar, ternyata kita begitu bodoh dapat dimanfaatkan dengan mudahnya. Lalu, jadilah kita seperti para bajingan. Kampung!.
Kalimat itu pula lah yang sampai saat ini sering dibicarakan orang-orang, baik melalui unggahan media sosial maupun secara langsung. Seakan-akan, kalimat yang dilontarkan Saibah Lembong itu menjadi spirit tersendiri bagi sebagian banyak orang. Nyatanya, memang, Saibah Lembong, mampu membakar semangat orang banyak hingga dua Kabupaten kota sekaligus hanya dalam sekejap.
Lalu kemudian kita membayangkan, bagaimana pula jadinya kalau ada 22 kaum perempuan lainnya seperti Saibah Lembong menghadap saudara Jaminuddin Bobang saat itu? Saya pikir, sekelas Hitler sekali pun, akan gagap dan gugup menghadapi mereka. Ia akan berhenti memberikan kebijakan yang dikenal dengan kebijakan supremasis dan termotivasi oleh ras itu pada saat Perang Dunia II. Bagaimana menurutmu?
Belum ada Komentar untuk "Ku Pandang Kene Nasa Delleng, Mak Giak Pandang Kona Kami Nasa Takal Page"
Posting Komentar